Quotes

"A person who never made a mistake never tried anything new" -Albert Einstein

Eylien DN

Eylien DN

ILKOM IPB

ILKOM IPB

LIFE STORY 3

Wednesday, February 10, 2016

Enam tahun SD berlalu begitu cepat. Gua didaftarkan oleh kepala sekolah SD untuk masuk SMP yang lumayan baik akreditasinya dan lumayan dekat dari rumah. Berada di jalan petojo binatu, ya itulah SMPN 72 Jakarta. Kali ini gua masuk sekolah negeri setelah 6 tahun bersekolah di SD swasta. Kali ini gua berkesempatan punya banyak teman, karena ketika 6 SD teman yang tersisa satu kelas hanya 7 orang. Bermodal badan kecil dan baju putih rok pendek biru, gua pun masuk ke ruang kelas yang berada di lantai 2. Semua tahap MOS sudah gua lalui dengan mudah. Tinggal nurut aja. Liat kakak kelas nunduk-nunduk sambil senyum kecut. Gua paling penakut dan gak pede dengan badan kecil gua ini. Setelah semedi yang lumayan panjang dan konsultasi dengan bokap, gua pun mengikuti beberapa kegiatan ekstra (ekstrakulikuler). Gua pengen jadi anak gaul, anak yang kalo lewat disapa banyak orang.

Hari pendaftaran kegiatan ekstra pun dibuka. Gua sangat menyukai olahraga. Bermodal keahlian bermain bola di rumah ketika SD, gua pun mencari olahraga bola. Namun kala itu kegiatan ekstra seperti bola dan basket kurang aktif. Yang tersisa hanya kegiatan yang mendukung kinerja sekolah seperti pramuka, paskibra, english club, band dll (lupa). Gua tidak tertarik ikut pramuka karena tante gua orang pramuka dan sepertinya terlalu sibuk dengan kegiatannya hingga melupakan keluarganya. Gua gamau itu terjadi pada gua. Mendengar info kalau masuk paskibra akan jadi terkenal gua pun langsung mendaftar. Dan benar saja, gua pun di rekrut menjadi OSIS. Sebenarnya gua orang yang penakut dan malu berbicara di depan umum. Dan hari itu, untuk pertama kalinya gua nekat ngomong di depan menyampaikan visi misi menjadi ketua OSIS. Ya, gua ditunjuk sebagai calon ketua OSIS. Namun kalah suara karena teman yang gua miliki kurang banyak. Gua pun dijadikan wakil bendahara OSIS.

Menjadi bagian dari OSIS merupakan anugrah terbesar dalam hidup gua. Paskibra juga yang menggiring gua untuk mengikuti banyak perlombaan di luar sekolah. Gua sering dipanggil untuk ke istana negara dalam acara 17an. Bahkan masuk ke dalam istana negara bertemu bapak SBY yang kala itu menjabat sebagai Presiden.  Gua juga memiliki banyak teman, bahkan geng yang beranggotakan 7 orang cewek rempong. Kami menamakan geng kami dengan “d'Rheliable'z”. Asal usul nama tersebut kurang gua ingat, wajar sedikit alay emang pada zamannya, dan yang jelas orang-orang gila yang ada didalamnya menjadikan gua menjadi diri gua sendiri. Kali itu gua merasakan nyaman berteman dengan banyak cewek dengan bermacam gosip, padahal dirumah gua tidak memiliki teman cewek. Dan untuk pertama kalinya gua puber. Bukan menstruasi, tapi gua jatuh cinta.

Sore itu gua menunggu di kantin, menunggu kedatangan jemputan bokap dan ade gua yang berbeda sekolah namun lumayan dekat dari sekolah gua. Agar dijemput barengan, gua menyuruh ade gua untuk datang ke sekolah gua. Badan gua basah oleh keringat sehabis pelajaran olahraga basket. Hari itu gua kesepian karena teman satu geng sudah pulang duluan. Namun ada seorang cowok bermata lentik hitam manis berbadan agak pendek bermain bola dengan lihainya bersama teman-temannya di lapangan. Ganteng. Gua deg-degan. Ya, gua jatuh cinta.

Esoknya gua cari asal-usulnya. Gua cari namanya, gua cari kelasnya. Ternyata dia anak seorang guru. Gua jatuh cinta sampai gua membuat namanya di lemari pakaian kemudian senyum-senyum sendiri kalau di pagi hari ketika mengambil baju melihat ukiran namanya. First love gua gak bertahan lama setelah mengetahui sifat aslinya. Hanya bertahan satu bulan. Ya memang dia begitu baik, namun dia pemilih dalam berteman, terlalu modis dan gua kurang suka. Beranjak naik kelas, gua mulai memiliki banyak teman. Gua termasuk orang yang pandai di kelas terutama bidang matematika. Ada 2 cowok yang sangat gua perhitungkan kepintarannya, sebut saja Asep dan San. Asep hampir pintar diseluruh mata pelajaran sedangkan gua dan San hanya di beberapa mata pelajaran. Gua dan San sangat akrab, karena kami saling bersaing untuk mengalahkan Asep yang dewa. Saking akrabnya, gua dan San sudah seperti kakak adik, dan gua memang ingin sekali memiliki seorang abang.

Hari-hari berlalu dan tak terasa gua semakin tua. Gua juga udah menstruasi (telat banget pubernya). Hal lucu ketika gua pertama kali menstruasi adalah gua teriak-teriakan dikamar mandi karena menyangka gua sakit. Celana gua berdarah. Dengan muka pucat, gua menunjukkan (c*lana d***m  *sensor) gua ke nyokap. Nyokap dan tante yang kala itu sedang dirumah langsung tertawa dan menjelaskan kalau gua menstruasi, hal wajar yang dialami wanita. Kemudian gua diberikan pembalut. Hal bodoh kedua yang gua lakukan adalah memakai pembalut dengan terbalik. Gua merasa gak nyaman karena lengket (bagian perekatnya di atas). Untungnya gua cerdas (telat mikir), karena dirasa kurang nyaman, gua pun kembali ke kamar mandi dan membalik pembalut tersebut. Untunglah nyokap tidak mengetahuinya. Gua cerdas.

Gua pun berada di tingkat akhir sekolah. Keakraban gua dan San pun semakin mengganggu hati gua. Entah mengapa gua rela datang tiap malam menuju telpon koin hanya untuk menelpon dia, curhat banyak bersamanya. Kadang ibunya yang mengangkat, gua meminta izin dan kemudian kami bercerita banyak. Walau banyak nyamuk dan koin yang gua punya sering habis, gua nyaman ngobrol dengan dia. Banyak yang bilang gua pacaran dengan dia. Mendesak gua dan San terdapat hubungan spesial. Gua hanya mengelak, namun di hati ada rasa yang lain. Mungkinkah gua jatuh cinta, lagi? Namun UN semakin dekat. Rasa ini harus gua kubur sedalam dalamnya. Gua gak ingin UN gua terpuruk dikarenakan jatuh cinta yang nggak wajar ini. Gua tidak menceritakan rasa ini kepada siapapun. Walau gua memiliki geng pun, cukup gua yang mengetahuinya. Dan pada akhirnya, gua berhenti menelpon San. Walau San bertanya kepada gua mengapa jarang menelpon, gua hanya tersenyum kecut dan bilang sedang sibuk.

UN semakin dekat. Sekolah mengadakan muhasabah dan mengundang seluruh orang tua untuk mendoakan anak tercintanya bersekolah di SMA yang terbaik. Kali itu gua melihat bokap menangis mendoakan gua agar mendapat SMA favorit. Gua terharu dipelukan bokap. Gua juga berharap San mendapat tempat yang terbaik dan berharap jauh dari gua agar rasa ini kemudian hilang. Dan benar saja, walau tidak jauh jauh amat namun kami beda sekolah dan sama-sama berada di SMA yang lumayan favorit di Jakarta. Dia memilih SMA itu karena beasiswa sedangkan gua untung-untungan bersaing nilai.

Hari-hari UN sudah dilewati. Lega rasanya dapat mengakhiri soal-soal maut yang akan menentukan masa depan kita bersekolah di SMA favorit. Namun ada kesedihan, meninggalkan banyak hal pertama dalam hidup gua. Pertama kali nekat berbicara di depan umum, pertama kali punya geng, pertama kali puber, pertama kali liat bokap nangis, dan yang paling penting, pertama kali jatuh cinta.

ini temen-temen kelas gua ketika kelas 2 dan 3 (ada San ga ya hihihi tebak aja :3)


terus ini temen-temen ajaib gua di satu geng (alay yak hohoho bodo amat semua remaja pernah alay ini)