Enam tahun SD berlalu begitu cepat. Gua didaftarkan oleh kepala sekolah
SD untuk masuk SMP yang lumayan baik akreditasinya dan lumayan dekat dari
rumah. Berada di jalan petojo binatu, ya itulah SMPN 72 Jakarta. Kali ini gua
masuk sekolah negeri setelah 6 tahun bersekolah di SD swasta. Kali ini gua
berkesempatan punya banyak teman, karena ketika 6 SD teman yang tersisa satu
kelas hanya 7 orang. Bermodal badan kecil dan baju putih rok pendek biru, gua
pun masuk ke ruang kelas yang berada di lantai 2. Semua tahap MOS sudah gua
lalui dengan mudah. Tinggal nurut aja. Liat kakak kelas nunduk-nunduk sambil
senyum kecut. Gua paling penakut dan gak pede dengan badan kecil gua ini.
Setelah semedi yang lumayan panjang dan konsultasi dengan bokap, gua pun
mengikuti beberapa kegiatan ekstra (ekstrakulikuler). Gua pengen jadi anak
gaul, anak yang kalo lewat disapa banyak orang.
Hari pendaftaran kegiatan ekstra pun dibuka. Gua sangat menyukai
olahraga. Bermodal keahlian bermain bola di rumah ketika SD, gua pun mencari
olahraga bola. Namun kala itu kegiatan ekstra seperti bola dan basket kurang
aktif. Yang tersisa hanya kegiatan yang mendukung kinerja sekolah seperti
pramuka, paskibra, english club, band dll (lupa). Gua tidak tertarik ikut pramuka
karena tante gua orang pramuka dan sepertinya terlalu sibuk dengan kegiatannya
hingga melupakan keluarganya. Gua gamau itu terjadi pada gua. Mendengar info
kalau masuk paskibra akan jadi terkenal gua pun langsung mendaftar. Dan benar
saja, gua pun di rekrut menjadi OSIS. Sebenarnya gua orang yang penakut dan malu
berbicara di depan umum. Dan hari itu, untuk pertama kalinya gua nekat ngomong
di depan menyampaikan visi misi menjadi ketua OSIS. Ya, gua ditunjuk sebagai
calon ketua OSIS. Namun kalah suara karena teman yang gua miliki kurang banyak.
Gua pun dijadikan wakil bendahara OSIS.
Menjadi bagian dari OSIS merupakan anugrah terbesar dalam hidup gua.
Paskibra juga yang menggiring gua untuk mengikuti banyak perlombaan di luar
sekolah. Gua sering dipanggil untuk ke istana negara dalam acara 17an. Bahkan
masuk ke dalam istana negara bertemu bapak SBY yang kala itu menjabat sebagai
Presiden. Gua juga memiliki banyak
teman, bahkan geng yang beranggotakan 7 orang cewek rempong. Kami menamakan
geng kami dengan “d'Rheliable'z”. Asal usul nama tersebut kurang gua ingat, wajar sedikit alay emang pada zamannya, dan yang
jelas orang-orang gila yang ada didalamnya menjadikan gua menjadi diri gua
sendiri. Kali itu gua merasakan nyaman berteman dengan banyak cewek dengan
bermacam gosip, padahal dirumah gua tidak memiliki teman cewek. Dan untuk pertama
kalinya gua puber. Bukan menstruasi, tapi gua jatuh cinta.
Sore itu gua menunggu di kantin, menunggu kedatangan jemputan bokap dan
ade gua yang berbeda sekolah namun lumayan dekat dari sekolah gua. Agar
dijemput barengan, gua menyuruh ade gua untuk datang ke sekolah gua. Badan gua
basah oleh keringat sehabis pelajaran olahraga basket. Hari itu gua kesepian
karena teman satu geng sudah pulang duluan. Namun ada seorang cowok bermata
lentik hitam manis berbadan agak pendek bermain bola dengan lihainya bersama
teman-temannya di lapangan. Ganteng. Gua deg-degan. Ya, gua jatuh cinta.
Esoknya gua cari asal-usulnya. Gua cari namanya, gua cari kelasnya.
Ternyata dia anak seorang guru. Gua jatuh cinta sampai gua membuat namanya di
lemari pakaian kemudian senyum-senyum sendiri kalau di pagi hari ketika
mengambil baju melihat ukiran namanya. First love gua gak bertahan lama setelah
mengetahui sifat aslinya. Hanya bertahan satu bulan. Ya memang dia begitu baik,
namun dia pemilih dalam berteman, terlalu modis dan gua kurang suka. Beranjak
naik kelas, gua mulai memiliki banyak teman. Gua termasuk orang yang pandai di
kelas terutama bidang matematika. Ada 2 cowok yang sangat gua perhitungkan
kepintarannya, sebut saja Asep dan San. Asep hampir pintar diseluruh mata pelajaran
sedangkan gua dan San hanya di beberapa mata pelajaran. Gua dan San sangat
akrab, karena kami saling bersaing untuk mengalahkan Asep yang dewa. Saking
akrabnya, gua dan San sudah seperti kakak adik, dan gua memang ingin sekali
memiliki seorang abang.
Hari-hari berlalu dan tak terasa gua semakin tua. Gua juga udah
menstruasi (telat banget pubernya). Hal lucu ketika gua pertama kali menstruasi
adalah gua teriak-teriakan dikamar mandi karena menyangka gua sakit. Celana gua
berdarah. Dengan muka pucat, gua menunjukkan (c*lana d***m *sensor) gua ke
nyokap. Nyokap dan tante yang kala itu sedang dirumah langsung tertawa dan
menjelaskan kalau gua menstruasi, hal wajar yang dialami wanita. Kemudian gua
diberikan pembalut. Hal bodoh kedua yang gua lakukan adalah memakai pembalut
dengan terbalik. Gua merasa gak nyaman karena lengket (bagian perekatnya di
atas). Untungnya gua cerdas (telat mikir), karena dirasa kurang nyaman, gua pun
kembali ke kamar mandi dan membalik pembalut tersebut. Untunglah nyokap tidak
mengetahuinya. Gua cerdas.
Gua pun berada di tingkat akhir sekolah. Keakraban gua dan San pun
semakin mengganggu hati gua. Entah mengapa gua rela datang tiap malam menuju
telpon koin hanya untuk menelpon dia, curhat banyak bersamanya. Kadang ibunya
yang mengangkat, gua meminta izin dan kemudian kami bercerita banyak. Walau
banyak nyamuk dan koin yang gua punya sering habis, gua nyaman ngobrol dengan
dia. Banyak yang bilang gua pacaran dengan dia. Mendesak gua dan San terdapat
hubungan spesial. Gua hanya mengelak, namun di hati ada rasa yang lain.
Mungkinkah gua jatuh cinta, lagi? Namun UN semakin dekat. Rasa ini harus gua
kubur sedalam dalamnya. Gua gak ingin UN gua terpuruk dikarenakan jatuh cinta
yang nggak wajar ini. Gua tidak menceritakan rasa ini kepada siapapun. Walau
gua memiliki geng pun, cukup gua yang mengetahuinya. Dan pada akhirnya, gua
berhenti menelpon San. Walau San bertanya kepada gua mengapa jarang menelpon,
gua hanya tersenyum kecut dan bilang sedang sibuk.
UN semakin dekat. Sekolah mengadakan muhasabah dan mengundang seluruh
orang tua untuk mendoakan anak tercintanya bersekolah di SMA yang terbaik. Kali
itu gua melihat bokap menangis mendoakan gua agar mendapat SMA favorit. Gua
terharu dipelukan bokap. Gua juga berharap San mendapat tempat yang terbaik dan
berharap jauh dari gua agar rasa ini kemudian hilang. Dan benar saja, walau
tidak jauh jauh amat namun kami beda sekolah dan sama-sama berada di SMA yang
lumayan favorit di Jakarta. Dia memilih SMA itu karena beasiswa sedangkan gua
untung-untungan bersaing nilai.
Hari-hari UN sudah dilewati. Lega rasanya dapat
mengakhiri soal-soal maut yang akan menentukan masa depan kita bersekolah di SMA
favorit. Namun ada kesedihan, meninggalkan banyak hal pertama dalam hidup gua.
Pertama kali nekat berbicara di depan umum, pertama kali punya geng, pertama
kali puber, pertama kali liat bokap nangis, dan yang paling penting, pertama
kali jatuh cinta.
ini temen-temen kelas gua ketika kelas 2 dan 3 (ada San ga ya hihihi tebak aja :3)
terus ini temen-temen ajaib gua di satu geng (alay yak hohoho bodo amat semua remaja pernah alay ini)